memuliakan ilmu dan ahli ilmu

Cover_MenghargaiGuru

Memuliaka Ilmu dan Ahli Ilmu

 

Assalamu’alaikum, wr. Wb.

Teman-teman sekalian, pada kali ini kami ingin berbagi kepada kalian semua mengenai sedikit pengetahuan kami tentang akhlaq. Kami akan memberikan beberapa kisah para ulama’yang kami yakin mampu menginspirasi kalian semua untuk lebih hormat terhadap ilmu, guru, dan ahli ilmu.

Tidaklah seseorang memperoleh kemanfaatan ilmu kecuali ia memuliakan ilmu beserta ahlinya, termasuk memuliakan guru. Dalam kitab Ta’limul Muta’allim Syekh Az Zarnuji menjelaskan, tidaklah sampai maksud dan tujuan seseorang kecuali ia mau menghormat. Sebaliknya, ia akan jatuh dari kedudukannya akibat ia tidak mau menghormati dan meremehkan. Sehingga oleh sebagian ulama menjelaskan :

الحرمة خير من الطاعة

“ menghormat lebih baik dari pada taat.”

Salah satu contoh kehormatan seorang pencari ilmu kepada ahlinya adalah seperti cerita Sayyidina Ali Karromallahu wajhah. Bahwa beliau berkata :

أنا عبد من علمني حرفا واحداو إن شاء باع وإن شاء أعتقى وإن شاء إستقر

“Aku tetap menjadi budak orang yang mengajariku, meskipun hanya satu kalimat. Kalau orang tersebut ingin menjualku, maka bolehlah. Jika ia ingin membebaskan atau menetapkanku menjadi budaknya, aku tetap mau.”

Begitu hormatnya terhadap guru (ahli ilmu), hingga beliau rela di jadikan apapun meskipun orang tersebut hanya mengajarinya satu huruf. Karena orang yang mengajarkan kita satu huruf, yang hal tersebut berkaitan dengan agama yang memang sangat diperlukan,maka orang yang mengajarkan kita itu dihukumi sebagai الدين في أبوك (bapak dalam agama).

Bentuk contoh lain dari hormat kepada seorang guru juga terdapat dalam sebuah cerita dari Syekh Imam Burhanuddin, yaitu pengarang kitab Al Hidayah. Beliau bercerita bahwa: ada seorang alim diantara tokoh-tokoh imam di negara Bukhara yang sesekali beliau berdiri ditengah-tengah majelis pengajian. Karena ia sering berbuat seperti itu, maka orang-orang bertanya kepada imam tersebut mengapa ia sering melakukannya. Maka imam tersebut menjawab: “aku melakukan demikian karena putra guruku sedang bermain dengan teman-temannya. Oleh karena itu, kalau aku melihatnya maka aku berdiri untuk putra guruku dengan maksud memuliakan guruku.”

Memuliakan ilmu beserta ahlinya merupakan sebuah kewajiban bagi pencari ilmu. Tidaklah mencapai kesuksesan seseorang apabila ia meninggalkan hormat kepada ahli ilmu (guru). Sebuah bentuk rasa hormat seorang murid kepada gurunya, dicontohkan oleh Imam Fakhruddin Al Arsabandi (pimpinan para imam di negara Marwan) yang dijelaskan dalam kitab Ta’limul Muta’allim bahwa beliau memperoleh kedudukan lantaran menghormati guru. Beliau berkhidmah kepada gurunya, Imam Abu Yazid Ad Dabusi dengan melayani dan memasakkan makanan untuk gurunya sedangkan beliau tidak ikut memakannya dikarenakan khidmahnya untuk memuliakan seorang guru. Ada beberapa kebiasaan buruk yang mungkin diantara kita penah atau bahkan sering melakukannya. Salah satunya adalah berselonjor (kaki) pada kitab. Hal ini merupakan perilaku yang buruk. Hal tersebut terkesan tidak sopan, kitab merupakan media kita untuk mempelajari ilmu. Tidak sepatutnya kita melakukan hal tersebut.

Dari contoh peristiwa para ulama’ di masa lalu, sedikit banyak kita mendapat ibrah (pelajaran hidup). Mulai memuliakan ilmu, guru, dan ahli ilmu. Semua itu menjadikan perantara bagi kita untuk memperoleh keberkahan yang mampu mengantarkan kita kepada derajat yang lebih baik di masa depan, lantaran rasa hormat kita kepada ilmu, guru, dan ahli ilmu. (Zarnuji, 1972)

Setidaknya ini yang bisa kami tulis, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua, amin. Untuk kedepannya, semoga makin banyak ilmu yang bisa kita bagi bersama-sama. Kritik dan saran selalu kami harapkan, kurang lebihnya kami mohon maaf. Wassalamu’alaikum, wr.wb.

 

 

Leave a comment